SuluhPenyuluh-- Nama Ansor
ini merupakan saran KH. Abdul Wahab Hasbullah, “ulama besar” sekaligus guru
besar kaum muda saat itu, dahulu KH. Abdul Wahab Hasbullah belajar di Makkah
dan pada tahun 1914 pulang dan bertempat di Surabaya. Beliau berasal dari
Tambak Beras Jombang dan lahir pada tahun 1888. Ayahnya bernama KH. Hasbullah,
salah seorang putra Ny. Fathimah, anak dari K. Sichah.
KH. Abdul Wahab Hasbullah memberikan
nama Ansor yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW
kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan
menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah
serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para sahabat
Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut. Gerakan ANO (yang kelak disebut GP
Ansor) harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni
sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan
membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus dipegang teguh setiap
anggota ANO (GP Ansor).
Meski ANO dinyatakan sebagai bagian
dari NU, secara formal organisatoris belum tercantum dalam struktur organisasi
NU. Hubungan ANO dengan NU saat itu masih bersifat hubungan pribadi antar
tokoh. Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10
Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian
(departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: Ketua H.M. Thohir Bakri;
Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris H. Achmad Barawi dan Abdus Salam.
Di sepanjang sejarah perjalanan
bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran
strategis dan signifikan dalam perkembangan masyarakat Indonesia. GP Ansor
mampu mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong percepatan mobilitas
sosial, dakwah dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu menunjukkan kualitas
peran maupun kualitas keanggotaannya. GP Ansor tetap eksis dalam setiap episode
sejarah perjalan bangsa dan tetap menempati posisi dan peran yang stategis dalam
membangun generasi muda.
Di era modern saat ini, Gerakan
Pemuda (GP) Ansor menjalankan misi dan tugas yang tidak mudah. Berbagai
fenomena terutama terkait kenakalan remaja yang bermunculan bak jamur di musim
hujan saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi badan otonom
Nahdlatul Ulama ini. Jika dibiarkan, generasi muda akan terjerumus lebih dalam
dalam perilaku yang buruk, seperti judi online, pergaulan bebas, miras dan
narkotika.
Seperti halnya program kerja
Pimpinan Anak Cabang GP. Ansor Kec. Argomulyo Kota Salatiga tetap exist dengan pengajian
“ lapanan “ selain mengajak para anggota juga melibatkan warga sekitar untuk menghadiri
pengajian tersebut. “ Pengajian lapanan ini merupakan wujud kehadiran
organisasi dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dalam ilmu agama dan
sebagai wahana untuk aktualisasi kapasitas para anggota maka kita harus dorong
kemajuannya dan tetap istiqomah “ ungkap sahabat Fikri Tsabiq dalam sambutannya
dalam pengajian yang dilaksanakan di Masjid Barokah Kel. Cebongan Kec. Argomulyo
Kota Salatiga pada hari Jum’at (20/06/2025). Dan pengajian lapanan tersebut
juga sebagai implementasi jargon yang diusungnya yaitu GP. Ansor Argomulyo;
Tumbuh dan Melayani. (MN)