SuluhPenyuluh--Baitul Hikmah terletak di Bagdad yang merupakan ibu kota serta pusat intelektual dan keilmuan ketika itu. Baitul Hikmah dibangun pada masa Bani Abbasiyah dibawah kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid yang dikenal sebagai khalifah yang cinta pada ilmu pengetahuan.
Kemudian Khalifah Al ma’mun memperluas Baitul Hikmah yang telah didirikan ayahnya Harun Ar-Rasyid untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Aktifitas keilmuan pada masa kepemimpinan khalifah Al Ma’mun mengalami kegemilangan sehingga membawa kemaslahatan yang amat besar bagi peradaban. Karena sejak awal para Khalifah tersebut ingin negara mereka berdiri berdasar fondasi kuat ilmu agama dan ilmu dunia. Baitul Hikmah memiliki peranan besar dalam peradaban islam sehingga menorehkan banyak ilmuan agama maupun ilmuan umum.
Berkat kegiatan yang dilakukan Baitul Hikmah yakni penerjemahan berbagai buku asing bangsa terdahulu seperti buku-buku milik bangsa Yunani, Romawi dan Persia ke dalam bahasa Arab sehingga mempermudah masyarakat mengkaji berbagai ilmu. Penerjemahan buku-buku ini mencangkup ilmu kedokteran, filsafat, dan lain-lain.
Hal tersebut yang membawa umat islam menuju kemajuan karena umat islam dapat memperlajari berbagai ilmu yang ada dipenjuru dunia. Tersedianya fasilitas tersebut pada masa itu melahirkan banyak tokoh ilmu pengetahuan dengan berbagai bidang karya, yang kemudian buku-buku tersebut banyak digunakan sebagai acuan oleh para ilmuwan modern saat ini. Baitul Hikmah diperluas menjadi lembaga pendidikan, biro penerjemahan, tempat penelitian dan perpustakaan.
Zaman terus berkembang dan peran perpustakaan sangat penting, terlebih lagi perpustakaan yang berada di masjid. Masjid memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah sebagai lembaga pendidikan. Agar fungsi ini dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tata kehidupan umat dan berjalan dengan baik dan optimal, perlu adanya sarana dan prasarana penunjang. Salah satu sarana dan prasarana penunjang masjid sebagai lembaga pendidikan adalah Perpustakaan, yang mana dengan adanya perpustakaan masjid, akan tersedia sarana bacaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan keagamaan bagi umat Islam.
Perpustakaan sebagai lembaga pendidikan dan lembaga penyedia informasi akan memiliki kinerja yang baik, apabila ditunjang dengan sistem manajemen yang memadai, sehingga seluruh aktivitas lembaga akan mengarah pada pencapaian tujuan yang telah diterapkan. Memang sudah seharusnya setiap masjid atau mushola memiliki perpustakaan ataupun pojok baca, untuk dapat memberikan layanan informasi kepada masyarakat dengan baik dan lancar.
Perkembangan dunia dewasa ini menuntut umat manusia untuk senantiasa memperbarui diri dengan informasi terbaru. Inilah tantangan terberat yang dihadapi manusia di abad-21 ini. Perubahan di berbagai bidang kehidupan berlangsung dengan sangat cepat, sehingga jika kita tidak mampu mengimbanginya dengan kemauan untuk menerima perubahan tersebut, maka kita akan ketinggalan. Sejarah Islam mencatat bahwa masjid merupakan pusat perkembangan peradaban umat Islam. Salah satu kunci keberhasilan masjid sebagai pusat pengembangan peradaban adalah berfungsinya perpustakaan masjid.
Perpustakaan masjid memiliki peran penting dalam mencerdaskan umat dan mewujudkan komunitas belajar (learning society). Salah satu ciri masyarakat belajar adalah masyarakat yang sadar informasi dan cerdas dalam memilih informasi, baik itu informasi popular, informasi keagamaan, maupun informasi ilmiah. Untuk itu perpustakaan masjid harus didukung oleh koleksi yang memadai, dalam arti jumlah dan keragaman subyeknya serta layanan yang mendukung.
Pada prinsipnya Perpustakaan memiliki 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Akuisis (pengadaan) Koleksi, Preservasi (penyimpanan atau pelestarian), dan diseminasi informasi (layanan). Ketiga fungsi ini menempatkan Perpustakaan berada ditengah-tengah antara koleksi dan pengguna. Jadi, jika ingin mengundang partisipasi aktif masyarakat untuk memperkaya dan memanfaatkan koleksi perpustakaan masjid, maka penting untuk memperhatikan keragaman koleksi.
Era digital menuntut semuanya harus cepat dan mudah, keberadaan perpustakaan harus adaptif dengan perkembangan zaman. Merespon hal tersebut Kementerian Agama berinovasi mengembangkan digitalisasi literasi Islam melalui platform Elektronik Literasi Pustaka Keagamaan Islam (Elipski). Saat ini Kemenag telah menyelaraskan sistem Elipski dengan Perpustakaan Islam Digital (PID), sehingga pengguna dapat mengakses 3.488 kitab dalam format digital.
Elipski merupakan perpustakaan Islam digital berbasis web yang dikembangkan oleh Kementerian Agama. Elipski menyediakan naskah khotbah Jumat (yang juga dapat diakses melalui Pusaka Superapps), buku digital, dan berbagai konten lainnya yang dapat dibaca dan diunduh secara gratis oleh umat. Dengan adanya teknologi ini, para akademisi, santri, dan masyarakat umum dapat lebih mudah mencari referensi Islam secara digital tanpa bergantung pada versi cetak yang terbatas. (MN)